AAL, (4/4) | Di hari ketiga pelayaran menuju Batam saat melintasi Garis Lintang Nol Derajat atau biasa disebut Garis Khatulistiwa, seluruh Taruna peserta Asean Cadet Sail 2023 yang berasal dari Indonesia, Camboja, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam menjalani tradisi Mandi Khatulistiwa diatas geladak KRI Bima Suci, pada hari Selasa (4/4).
Mandi Khatulistiwa ditujukan kepada orang yang baru pertama turut berlayar di KRI Bima Suci saat pelayaran tersebut melintasi Garis Khatulistiwa, termasuk kepada Taruna peserta Asean Cadet Sail dari negara Asean tersebut. Tradisi Mandi Khatulistiwa merupakan tradisi bagi pelaut dunia saat melintasi Garis Khatulistiwa.
Bangun, ayo bangun, bangun, saatnya kalian menyucikan diri, teriak awak KRI Bima Suci sembari mengetuk pintu kamar Taruna Asean Cadet Sail. Sesat kemudian para Taruna dengan perasaan terdadak berjalan menuju geladak, satu per satu nama mereka dipanggil untuk mengikuti tradisi Mandi Khatulistiwa.
Dalam pelaksanaan mandi khatulistiwa ada peran-peran yang dilakoni oleh prajurit TNI AL pengawak KRI Bima Suci, ada yang berperan sebagai Dewa Neptunus (Dewa penguasa samudera raya), Dewi Amfirite (permaisuri dari Dewa Neptunus), Kapten Davy Jones (sosok antagonis yang menagih janji Dewa Neptunus untuk membersihkan samudera dari orang-orang darat yang masih kotor) dan para punggawa lainnya.
Pada tradisi mandi khatulistiwa ini selain para Taruna, juga diikuti oleh perwira pendamping tiap-tiap peserta. Usai prosesi mandi khatulistiwa tiap-tiap peserta mendapatkan nama baptis dari Dewa Neptunus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar